Follow Us @ilmamubarok

18 Agustus, 2017

Pembersih Muka, Pemutih Wajah

Jumat, Agustus 18, 2017 0 Comments

Publikasi 15/10/2017 21:52 WIB


eramuslim - Wanita mana sih yang tidak kepingin punya wajah mulus, segar, lembab serta cantik dan
putih seperti yang banyak ditawarkan oleh iklan-iklan pembersih-pemutih wajah di televisi?
Saya percaya, anda ada diantara mereka. Pun, juga saya.

Sejak saya mulai ‘aware’ dengan penampilan, saya pun tergoda dengan berbagai produk pembersih
wajah, baik yang konvensional/dua langkah (susu pembersih) maupun yang instan/satu langkah
(sabun wajah). Apalagi mereka banyak menawarkan kelebihan: membuat wajah lebih lembut dan halus,
lebih putih, tidak membuat kulit menjadi kering dan kaku, dan sebagainya. Setelah saya bekerja dan
banyak berada di ruang ber-AC dan di lapangan, membersihkan wajah menjadi suatu hal wajib bagi saya.

Maka saya mulai mencoba-coba dan melirik berbagai pembersih wajah dengan berbagai
kualifikasi tersebut. Yang paling banyak adalah sabun muka yang bisa digunakan secara instan
sekalian mandi karena saya bukan tipe orang yang sabar berlama-lama membersihkan wajah
sepulang dari bekerja atau bepergian.

Pernah saya beberapa waktu menggunakan sabun wajah yang menjamin kulit akan menjadi lebih putih
dalam enam minggu. Namun ternyata tak ada perubahan apapapun pada warna kulit wajah saya setelah
saya berbulan-bulan memakainya. Padahal setiap digunakan sabun muka tersebut memberikan rasa perih
dan panas. Akhirnya saya menghentikan penggunaan barang tersebut.

Pernah juga saya menggunakan pembersih yang katanya mengandung scrub dan sanggup mengangkat sel kulit
mati, namun malahan membuat tumbuh bintik-bintik berair di kulit wajah saya.

Apapun jenis pembersih yang saya gunakan, dengan susu pembersih ataupun sabun wajah, saya selalu
mengakhiri dengan air. Ya, air tanah atau air pam, dingin atau hangat. Rasanya tidak afdhal jika
tidak memberikan finishing touch berupa air. Ada yang terasa lengket jika tidak dibasuh kembali
dengan air, sisa-sisa pembersih itu. Sekalipun sudah diberi penyegar. Dan memang, setelah dibasuh
dengan air, kesegarannya lebih terasa. Wajah pun tampak lebih berseri dan lebih terang.

Jika saya amati, wajah yang terasa lebih segar, tampak lebih berseri dan terang ini buku hanya
saya rasakan setelah menggunakan pembersih, tetapi setiap kali saya membasuh wajah dengan baik.
Baik disini adalah dengan menggosok, mengusap dan membasuh berulang, sekitar tiga kali.
Bukan sekedar mengusapnya atau membasahi dengan air.

Saat-saat itu adalah saat saya berwudhu dengan khusyuk dan tuma’ninah (tenang).
Pertama-tama mencuci telapak tangan dan mengucap basmalah, dilanjutkan dengan berkumur dan
menghirup air melalui hidung, diteruskan membasuh wajah. Tentu saja semuanya tidak dilakukan
dengan asal-asalan atau asal basah. Tetapi dengan sepenuh perasaan dan keyakinan bahwa
usapan demi usapan, gerakan demi gerakan yang dilakukan dapat melunturkan kontoran dan daki
di telapak tangan, menghapus semua kotoran di dalam hidung, melarutkan sisa-sia makanan
dalam mulut serta mengangkat minyak dan kulit mati dari wajah.

Selama ini, pada saat berwudhu, saya menggosok wajah dengan gerakan massage, untuk membersihkan
sisa-sisa minyak dan daki yang tertinggal, juga sekaligus mengendorkan urat dan melancarkan
aliran darah serta merangsang syaraf. Barangkali inilah yang menyebabkan sehabis berwudhu
wajah terasa segar dan berseri.

***

Wudhu, selain merupakan kewajiban, juga memberikan manfaat yang banyak secara fisik. Hal ini bisa
dipahami dengan ilmu dan logika. Seorang muslim dan muslimah, rata-rata berwudhu lima kali sehari.
Efek logisnya, wudhu akan dapat membersihkan minimal anggota tubuh yang banyak/lebih mudah kotor
karena tidak tertutup baju atau banyak digunakan beraktifitas seperti wajah, tangan, kaki, mulut,
hidung.

Dan ketika membasuh anggota wudhu, maka basuhan tersebut akan memberikan rangsangan terhadap
syaraf-syaraf di anggota wudhu yang dibasuh. Ketika kita membasuh muka dan menggosoknya,
maka pada saat itu kita meluruhkan kotoran-kotoran di muka kita sekaligus merangsang syaraf
pada wajah. Hal ini akan berakibat wajah bersih, segar, berseri dan juga kencang.

Ketika kita berkumur (lebih bagus lagi menyikat gigi) ketika berwudhu, hal ini akan membersihkan gigi
dan mulut kita. Hingga gigi kita tak gampang sakit dan mengurangi bau mulut. Bukankah ini juga
bagian dari kecantikan? Ketika kita menghirup air ke dalam hidung, tentu saja air tersebut akan
meluruhkan kotoran dan merangsang saraf hidung dan menjaga kesehatannya.

Ketika membasuh kaki. Dan menggosoknya, maka kita sekaligus merangsang saraf di telapak kaki.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa telapak kaki merupakan pusat saraf yang jika mendapat rangsangan
bisa memberikan perbaikan dan menyehatkan organ tubuh lainnya. Di telapak kaki juga terdapat
saraf yang berhubungan dengan wajah, sehingga merangsang saraf kaki insyaAllah akan ikut
menjaga wajah yang segar, tidak cepat tua dan tentu saja cantik.

Itulah wudhu, yang dengannya Allah menyatakan bahwa air wudhu yang mengalir dari sela jari-jari
akan menggugurkan dosa-dosa. Lebih dari itu, bahkan Allah mengatakan bahwa bekas wudhu itu
akan memancarkan sinar di wajah pemiliknya. Maka, selain berpahala, wudhu menjadikan wajah kita
semakin berseri, bukan saja karena secara fisik ia mengangkat semua kotoran, tetap karena
ia juga menjadi penyebab terpancarnya inner beauty: jiwa yang tenang dalam ketaatan, dan
jiwa yang terbersihkan dari dosa-dosa.

***

Semestinya saya bersyukur, meskipun berkulit hitam, Allah mengaruniai saya kulit yang sehat dan bagus.
Saya nyaris tak pernah mengalami problema iritasi kulit atau jerawat sebagaimana yang
diresahkan wanita-wanita pada umumnya. Dengan demikian, semestinya, wudhu yang minimal
lima kali sehari itu suah sangat cukup untuk menghapus semua kotoran yang bersarang di wajah dan
anggotanya, sekaligus membuat wajah nampak segar, berseri dan cemerlang. Dan membersihkan wajah
dengan bahan-bahan kimia dan alat kosmetik, cukuplah menjadi pelengkap saja. Bukankah Allah telah
menyediakan pembersih yang paling sempurna, yang mampu menghapus segala kotoran dan noda?
Jiwa dan raga? (ilma.nafia.mubarok@gmail.com)