PINTAR MERASA BUKAN MERASA PINTAR
ilmanafia
Kamis, Maret 22, 2018
0 Comments
Kepintaran merupakan salah satu tujuan manusia. Sebab, dengan
kepintaran inilah jembatan kesuksesan membentang, menghubungkan seseorang
dengan apa yang ingin dicapainya. Allah SWT berfirman “Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberikan ilmu
pengetahuan beberapa derajat”
(Al-Mujadalah: 11)
Dari ayat diatas kita tahu, bahwa Allah meninggikan derajat kaum
berilmu. Derajat ini bisa berarti derajat keagamaan maupun dari sisi sosial.
Orang yang berilmu jelas akan memiliki pekerjaan yang berbeda dengan orang yang
tidak berilmu dan hanya mengandalkan otot saja. Dengan ilmu yang dimiliki,
seseorang dapat memberikan manfaat yang ada pada dirinya kepada orang lain yang
membutuhkannya.
Tetapi disisi lain, terkadang seseorang lalai dengan derajat yang
diberikan Allah SWT. Derajat inilah yang membuat seseorang membanggakan diri
dan bahkan berlaku sombong. Pada akhirnya, sikap semacam itu akan menjadikan
seseorang merasa pintar daripada yang lain. Dialah yang paling cerdas yang
paling mengetahui daripada yang lain. Padahal masih ada langit diatas, masih
ada yang lebih pintar daripada yang pintar. Mungkin dia pintar di satu wilayah,
belum tentu di wilayah lainnya.
Demikian dengan orang yang pintar tapi merasa paling pintar, dan
kepintarannya hanya akan digunakan untuk membodohi orang lain. Ia meremehkan
dan merendahkan orang lain. Sikapnya yang seperti itu dapat menjerumuskan orang
tersebut kedalam kesombongan. Ilmu yang ia miliki bukan semakin mendekatkan
kepada Allah SWT, bahkan ia semakin jauh dan tidak istiqomah.
Dapat kita pahami, bahwa banyak orang pintar tetapi tidak mendapat
hidayah dari Allah SWT. Sehingga ia tidak bisa memanfaatkan ilmunya untuk
masyarakat dengan baik. Jika seseorang yang berilmu itu mendapatkan petunjuk
dari Allah SWT maka sudah seharusnya juga banyak beramal dari ilmunya itu. Sebab,
setiap tindakannya akan disadari pada ilmu yang dimiliki.
Kita bisa melihat bagaimana mahasiswi yang membuat onar, orang-orang
yang berkuasa yang berbuat dzolim. Mereka semua adalah orang-orang yang telah
memiliki dan menguasai ilmu. Tetapi ilmu itu menjadi cobaan bahkan menjadi
bencana bagi mereka. Seharusnya, seseorang yang memiliki kapasitas intelektual
tertentu merasa pintar, merasa apa saja. Baik itu untuk membuat keadilan,
merasakan penderitaan orang lain, merasakan konflik-konflik yang merekah,
sehingga diharapkan mereka memberikan sumbangsih pemikiran demi terselesaikan
setiap konflik. Bukan kemudian berbalik merasa pintar dan ,menciptakan
konflik-konflik yang berujung pada perpecahan umat.