Follow Us @ilmamubarok

21 Oktober, 2018

Its Me

Minggu, Oktober 21, 2018 0 Comments

Halo gengs! Namaku Ilma Nafi’a Mubarok. Nama panggilku bermacam-macam dari masa balita sampai dewasa saat ini wkw. Dulu masa smp aku dipanggil mail, goil, sekarang ilmun, taqoil, dan masih ada lagi. Entahlah darimana mereka dapat nama-nama itu semua. Its okay, tak masalah asal mereka bahagia aja. Tapi aku seneng dengan panggilan itu semua . 

Oke, lanjut. 1 minggu yang lalu usiaku tepat 20 tahun, 13 oktrober 2018. Aku senang dengan bertambahnya umur, ucapan selamat, do’a dan kado tapi aku sedih karena sisa umurku berkurang L aku berharap disisa umurku yang sedikit ini dapat membawa kemanfaatan dan keberkahan untuk banyak orang, sesuai nama yang telah orang tuaku beri  “Ilma Nafi’a Mubarok” : ilmu yang bermanfaat serta barokah, AAmiin.

Aku anak sulung dari 3 bersaudara. Adikku 1 perempuan dan 1 laki, jarak kami yang begitu jauh membuat kami jarang bertemu. Adikku yang perempuan namanya Fatih, (Fatih Fadlilah) dia masih SD kelas 5, dia bercita-cita masuk pesantren sepertiku dulu. Dan adikku yang laki, namanya zakki, aku lebih suka panggilnya Zack hehe. (Moh. Zakki Mubarok) dia baru lahir bulan juli kemarin. Membuatku sedih karena baru 2 bulan, aku udah masuk kampus lagi L. Tentang Zack, bakal aku bahas di sub bab blog aku ini nanti. Insyaa Allah.. Tunggu yups !

Oiya aku masih duduk di bangku mahasiswi  aktif  plus nyantri. Sebut aja Mahasantri, karena 24 jam hidup berasrama dan kegiatannya  yang super full seperti santri. Tapi jangan bayangkan santri yang benar-benar mondok ya, bedanya kalau Mahasantri  sambal kuliah aja gitu.

okeh. Itu aja kali ya introduction nya, aku pegel  :D    

06 Agustus, 2018

CARA MENGHILANGKAN KEMALASAN

Senin, Agustus 06, 2018 0 Comments


Ya,, akhwatiii, didalam diri kita tentu terdapat rasa malas, namun secara tidak sadar kita memeliharanya sehingga semakin  besar dan semakin kuat. Jika kita malas, mengatasi rasa malas maka kita akan malas selamanya. Malas kita akan semakin kuat, tindakan kita akan  sedikit.

Kalau dipelihara dengan baik, si malas akan semakin membesar, persis seperti memelihara pohon yang terus kita pupuk dan binatang yang kita beri makan. Masalahnya setelah besar, si malas akan mencelakakan kita.

Rasa malas akan tumbuh pada diri kita apabila kita memberi makan pada rasa malas dengan tidak melakukan apa-apa, menunda-nunda pekerjaan, mencari aktivitas lain yang lebih nyaman, melamun dan menghayal, membatalkan tindakan yang seharusnya dilakukan, tidak mau belajar dan cepat menyerah.
Just Do It !

            Jangan memberi makan si malas, caranya adalah just do it. Lakukan saja, saat kita sadar harus melakukan sesuatu. Maka lakukan saja. Saat kita menginginkan sesuatu, maka mulailah untuk meraihnya. Saat kita punya rencana, maka mulailah menekekusinya.
Lima Detik Pertama Yang Menentukan

            Saat kita melakukan sesuatu, keputusan apakah yang akan terjadi atau tidak itu ada dibawah 5 detik. Untuk itu, sebelum si emosi negative menguasai kita, maka langsunglah bertindak. Saat kita bangun shubuh, sebelum si malas (di dukung si syaithon) akan menyuruh kita untuk tetap berbaring malah menarik selimut. Kita harus segera bangkit.

Berdo’alah Karena Malas Itu Bisa Datang Dari Syaithon
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berdo’a ;
اللهم إنّي أعوذ بك من العجزوالكسل والجبن والحرم و أعوذ بك من الفتنة المحيا والممات و أعوذ بك من عذاب القبر (رواه البخارى)
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sikap lemah, malas, pengecut dan kepikunan dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur” (HR. Bukhori)

22 Maret, 2018

PINTAR MERASA BUKAN MERASA PINTAR

Kamis, Maret 22, 2018 0 Comments



Kepintaran merupakan salah satu tujuan manusia. Sebab, dengan kepintaran inilah jembatan kesuksesan membentang, menghubungkan seseorang dengan apa yang ingin dicapainya. Allah SWT berfirman “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberikan ilmu pengetahuan  beberapa derajat” (Al-Mujadalah: 11)
Dari ayat diatas kita tahu, bahwa Allah meninggikan derajat kaum berilmu. Derajat ini bisa berarti derajat keagamaan maupun dari sisi sosial. Orang yang berilmu jelas akan memiliki pekerjaan yang berbeda dengan orang yang tidak berilmu dan hanya mengandalkan otot saja. Dengan ilmu yang dimiliki, seseorang dapat memberikan manfaat yang ada pada dirinya kepada orang lain yang membutuhkannya.
Tetapi disisi lain, terkadang seseorang lalai dengan derajat yang diberikan Allah SWT. Derajat inilah yang membuat seseorang membanggakan diri dan bahkan berlaku sombong. Pada akhirnya, sikap semacam itu akan menjadikan seseorang merasa pintar daripada yang lain. Dialah yang paling cerdas yang paling mengetahui daripada yang lain. Padahal masih ada langit diatas, masih ada yang lebih pintar daripada yang pintar. Mungkin dia pintar di satu wilayah, belum tentu di wilayah lainnya.
Demikian dengan orang yang pintar tapi merasa paling pintar, dan kepintarannya hanya akan digunakan untuk membodohi orang lain. Ia meremehkan dan merendahkan orang lain. Sikapnya yang seperti itu dapat menjerumuskan orang tersebut kedalam kesombongan. Ilmu yang ia miliki bukan semakin mendekatkan kepada Allah SWT, bahkan ia semakin jauh dan tidak istiqomah.
Dapat kita pahami, bahwa banyak orang pintar tetapi tidak mendapat hidayah dari Allah SWT. Sehingga ia tidak bisa memanfaatkan ilmunya untuk masyarakat dengan baik. Jika seseorang yang berilmu itu mendapatkan petunjuk dari Allah SWT maka sudah seharusnya juga banyak beramal dari ilmunya itu. Sebab, setiap tindakannya akan disadari pada ilmu yang dimiliki.
Kita bisa melihat bagaimana mahasiswi yang membuat onar, orang-orang yang berkuasa yang berbuat dzolim. Mereka semua adalah orang-orang yang telah memiliki dan menguasai ilmu. Tetapi ilmu itu menjadi cobaan bahkan menjadi bencana bagi mereka. Seharusnya, seseorang yang memiliki kapasitas intelektual tertentu merasa pintar, merasa apa saja. Baik itu untuk membuat keadilan, merasakan penderitaan orang lain, merasakan konflik-konflik yang merekah, sehingga diharapkan mereka memberikan sumbangsih pemikiran demi terselesaikan setiap konflik. Bukan kemudian berbalik merasa pintar dan ,menciptakan konflik-konflik yang berujung pada perpecahan umat.

02 Maret, 2018

MAHASANTRI

Jumat, Maret 02, 2018 0 Comments


Foto bersama dengan jajaran Rektor dan dosen UNIDA Gontor

Tak asing dengan kata “Mahasantri” bukan? Ya, Mahasiswa Plus Santri. Mahasantri adalah berasal dari kata MAHA yang artinya segalanya, besar atau agung. Nah kata santri  mempunyai arti seseorang yang mendalami ilmu agama disuatu lembaga  pondok pesantren. Jadi arti kata mahasantri sendiri adalah seseorang yang mendalami ilmu agama di suatu lembaga pondok pesantren yang bernotaben dari mahasiswa. Kegiatannya pun tidak  jauh berbeda dengan santri santriwati biasanya, jam 4 pagi sudah siap-siap bangun untuk menunaikan ibadah shalat shubuh dan magrib, hal ini wajib bagi setiap mahasantri mengikutinya kalaupun ada yang tidak mengikuti jamaah akan ada sanksi tersendiri, setelah shalat jamaah dilanjutkan dengan shollu apa itu shollu ?

Shollu merupakan singakatan dari shobahul lughoh dimana para maahsantri belaja berbahasa inggris dan arab yang baik yang diajaran oleh para musyrif-musyrifah.Selesai dengan kegiatan itu para mahasantri belajar ta'lim afkar danal qur'an dan sesudah kegiatan itu  pukul 07.30 WIB. Setelah itu para mahasantri bisa melanjutkan kewajiban  sebagai mahasiswa. Disela-sela kuliah reguler mahasiswa bisa tashih Al-quran nah ininih syarat buat mahasantri agar bisa mengikuti ujian tengah semester maupun ujian akhir, para mahasantri dituntut untuk aktif dalam mengikuti kegiatan tersebut. Mungkin bagi yang baru dengar dengan sebutan Mahasantri ini pasti terbayangnya super sibuk. Memang sih, tapi jangan salah sibuknya mahasantri itu nyambil belajar dan mendalami ilmu agama. Mengapa harus belajar ilmu agama?

Inilah ulasan kenapa harus belajar ilmu agama:
Yang pertama Karena orang yang mempelajari ilmu agama itu yang paling takut kepada Allah Ta’ala. Kalau dia takut kepada Allah, tentu ia tidak akan menjadi koruptor dan melakukan kejahatan yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para Ulama“(Q.S. Fathir: 28)
Kedua, dalam mendalami ilmu agama, adalah jalan menuju surga. “Barangsiapa yang menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga dengan amalannya ini” (HR. Muslim)
Ketiga, menjadi baik dengan hanya dengan ilmu agama. Tanpa ilmu agama, mahasiswa tidak akan baik, profesor tidak akan menjadi baik, Contohnya saja orang yang paham agama tahu bahwa mengambil harta dengan cara yang tidak baik itu dilarang. Demikian karena Nabi shalallahu a’laihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, maka Allah pahamkan baginya agamanya” (HR. Muslim).

Walau belajar agama itu penting, jangan berhenti kuliah!
Mengapa?
1.    Jihad saja butuh ridha orang tua, apalagi perkara menuntut ilmu ini.
2.    Jangan buat menangis orang tua.
3.    Ridha orang tua yang didahulukan, belajar agama tidak hanya di pondok.
4.    Ingat doa orang tua mustajab, khususnya Ibu.
Jangan lupakan keikhlasan dalam belajar
Karena apa saja yang ikhlas pasti amalannya jadi langgeng. Ingatlah kata Imam Malik, “Maa kaana lillahi yabqo (apa saja yang dilakukan ikhlas karena Allah, pasti akan langgeng).” Perkataan tersebut muncul saat beliau ingin menulis kitab yang begitu masyhur yaitu Al-Muwatha‘.
Lalu bagaimana disebut ikhlas dalam belajar?
1. Belajar untuk memperbaiki diri.
2. Belajar untuk memberi manfaat kepada orang lain.
3. Belajar untuk mencari ilmu, biar ilmu Islam ini tetap ada.
4. Belajar untuk mengamalkan ilmu.

Nah itulah beberapa ulasan mengapa harus belajar ilmu agama, semoga bermanfaat J



24 Februari, 2018

BEKAL UTAMA DALAM MENUNTUT ILMU

Sabtu, Februari 24, 2018 0 Comments
            Jum’at, 16 Februari 2018

BEKAL UTAMA DALAM MENUNTUT ILMU

Pada dasarnya, dalam kehidupan kita sangat membutuhkan yang namanya “ILMU”. Apa jadinya jika kita hidup tanpa ilmu? Ibarat benjana kosong yang tak berisi apa-apa. Kebutuhan manusia akan ilmu menjadikan manusia terus bertanya dan mempertanyakan segala sesuatu yang yang mereka alami. Seiring berkembangnya pemikiran manusia, lahirnya berbagai macam ide-ide, gagasan manusia maka berbagai macam ilmu pun lahir. Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan atau perubahan sesuai dengan zaman.
Ilmu merupakan petunjuk, pedoman, pengetahuan dan sesuatu yang tergollong suci, ilmu bagaikan pelita atau cahaya dimalam yang gelap, seseorang tidak dapat berjalan dngan baik di malam yang gelap tanpa adanya cahaya. Demikian pada halnya seseorang tak dapat membedakan antara benar dan salah, kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu, terlihatlah seseorang. Baik buruknya, rupa dan tampaknya. Karena terdapatlah perbedaan antara orang yang menuntut ilmu dan orang yang tidak berilmu, imam Syafi’Iberkata :
“tidak mungkin menuntut ilmu orang yang mudah bosan dan meraa puas jiwanya. Lantas ia berhasil meraih keberuntungan. Akan tetapi seseorang yang menuntut ilmu adalah dengan : kerendahan jiwa, kesempitan hidup dan kerkhidmat untuk ilmu maka dialah yang akan beruntung.”
Hari demi berlalu, keadaan silih berganti dari satu ke lainnya. Bagaimana kabar akan ilmu kita? Bagaimana kabar akan ujian kita? Sudahkah kita merasa puas dengannya? Dengan terlewatinya satu ujian bisakah kita merasa tenang. Dengan adaya ujian, kita dapat mengetahui kadar dan tingkat sampaimanakah ilmu yang sudah kita dapatkan?
Jika kita merasa belum puas dengan ujian ini, itu menandakan bahwa yang kita dapatkan hanya sebagiannya saja dan jika sudah merasa puas pun menandakan bahwa ilmu yang kita dapatkan hanya sedikit saja. Dengan kata lain, sebagai penuntut ilmu janganlah bosan untuk terus mendapatkan ilmu. Karen atidaklah sia-sia dalam menuntut ilmu. Karena seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan pandai dan pemilik ilmu tidak sama dengan orang yang bodoh. Firman Allah mengatakan :
“Allah akan meninggikan orang-orang yang berilmu di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Q.S Al-Mujadalah: 11)
Ya akhwatiii….
Dengan adanya ilmu kita dapat terbanggakan akan tetapi dengan adanya ilmu pula kita dapat terbelangkangan. Oleh karena itu, ilmu juga harus didampingi dengan akhlak yang baik. Akan tetapi bagaimana keadaan akhlak kita hari ini? Masihkah kita mengeluh? Masih adakah sifat sombong atas diri kita?
Akhlak merupakan bagian terpenting dalam islam, karena akhlak dapat berperan sebagai barometer (tolak ukur) akan kesempurnaan iman kita. Dengan kata lain kita dapat melihat iman seseorang dengan akhlak dan muamalahnya kepada orang lain. Menuntut ilmu merupaka ibadah, Tholabul I’lmi lil i’badah, tidak hanya untu ibadah saja, akan tetapi, ibadah akhirat juga.

Marilah mengintropeksi diri kita masing-masing. Dengan begitu, aakat terdapat perubahan, yaitu untuk menjadi lebih baik. Tidak ada kata terlambat untuk bberubah. Marilah semua yang buruk-buruk menjadi baik dan lebih baik. 

20 Januari, 2018

I MISS YOU…

Sabtu, Januari 20, 2018 0 Comments
19 Januari 2018



I MISS YOU… everytime and everywhere

Yes, I miss you. Aku rindu saat kau menyentuh tiap lembaranku, aku rindu saat kau membaca tiap titik yang terukir diatasku, dan aku sangat merindukanmu saat kau memelukku.
Berikut ini 8 hal yang in syaa Allah membuat kita merasa nikmat menghafal Al-Qur’an. Tips ini adalah dari ustadz di Indonesia yang Berjaya menghafal 30 dalam 19 hari dan mengambil 56 hari untuk melancarkan hafalannya. Tapi uniknya, beliau mengajak untuk berlama-lama dalam menghafal. Pernah beliau menerima panggilan telfon dari seseorang yang ingin mendaftarkan anaknya  di pesantren beliau.
“ustadz, menghafal di tempat antum itu berapa lama untuk khatam 30 juz?
“SEUMUR HIDUP” jawab ustadz dengan santai.
Meskipun bingung, ibu itu bertanya lagi, “targetnya ustadz?”
“targetnya KHUSNUL KHOTIMAH, MATI DALAM KEADAAN PUNYA HAFALAN” jawab ustadz lagi.
Jawaban tersebut sebagai syarat dengan makna. Prinsip ustadz “CEPAT HAFAL itu datangnya dari ALLAH, manakala INGIN CEPAT HAFAL (boleh jadi) datangnya dari hawa nafsu dan syaitan.” Diantara motivasi beliau dalam menghafal Al-Quran adalah :
1.      Menghafal tidak harus hafal
Allah memberikan kemampuan menghafal dan mengingat yang berbeda-beda pada setiap orang. Bahkan Imam Besar dalam ilmu qirat,  guru dari Hafs yang mana bacaan kita merujuk pada riwayatnya yaitu Imam Asim mengambil masa 20 tahun untuk menghafal keseluruhan Al-qur’an. Target menghafal kita bukanlah menghabiskan hafalan dengan cepat tapi bagaimana kita menghabiskan waktu (durasi) yang sudah kita sudah agendakan hanya untuk menghafal.
2.      Jangan tergesa-gesa, jangan pula ditunda-tunda
Kalau sudah menetapkan durasi, bahwa dari jam 6 sampai jam 7 adalah waktu KHUSUS untuk menghafal misalnya, maka berapapun ayat yang dapat kita hafal tidak jadi masalah. Jangan terburu-buru pindah ke ayat ke-2 jika ayat pertama belum benar-benar kita hafal. Nikmati saja saat-saat ini. Saat-saat diaman kita berbicara kasih dengan Allah. 1 jam saja, tidak terlalu lama kan? Jika dibandingkan dengan masa yang dihabiskan dengan menonton film, facebook, instagram dan lain-lain setiap hari.
Tapi ingat! Hafalan, juga bukan untuk ditunda-tunda. Jangan tunggu hari esok, apabila keesokan harinya masih lagi mengatakan esok.
3.      Menghafal bukan untuk khatam, tapi untuk SETIA bersama Ai-Qur’an
Kondisi hati yang tepat dalam menghafal Al-Qur’an adalah bersyukur dan bersabar. Tapi sering kita mendengar kalimat “menghafal memang perlu banyak bersabar” sebenarnya tidak salah, hanya kurang tepat. Karena apabila mindset kita mengatakan “sabar”, seolah ayat Al-qur’an yang dihafal itu satu beban pula. Bukankah di awal surat Thoha Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan bukan sebagai beban? Untuk apa cepat hafal jika tidak pernah diulang? Setialah bersama Al-Qur’an.
4.      Senang dirindukan Ayat
Ayat-ayat yang sudah kit abaca berulang-ulang namun juga belum ‘melekat’ dalam otak kita, ayat itu sebenarnya rindu dengan kita. Mungkin ayat tersebut ingin kita terus mengulan dan mengulangnya.
Maka katakanlah pada ayat tersebut “I miss you too…” ^_^
Cobalah untuk membaca maksud dan tafsirnya. Bisa jadi ayat tersebut adalah ‘jawaban’ dari ‘pertanyaan’ atau malah cermin atas keadaan saat ini.
5.      Menikmati saat menghafal Al-Qur’an
Nikmatnya suatu makanan itu terasa ketika sedang memakannya, bukan sebelum makan bukan pula setelahnya. Nikmatnya menghafal adalah ketika menghafal dan ketika mengulangnya.
6.      Focus pada perbedaan, abaikan persamaan
fabi ayyi alaa’I rabbikuma tukadziban”  jika kita hafal 1 ayat ini, 1 saja! Maka sebenarnya kita sudah hafal 31 ayat dari 78 ayat yang ada di surat Ar-Rahman. Sudah separuh surat kita hafal. Maka ayat ini dihafal satu kali saja, fokuslah pada ayat sesudahnya dan sebelumnya yang merangkai ayat tersebut.
7.      Mengutamakan durasi
Berkomitlah pada DURASI bukan pada jumlah ayat yang ajan kita hafal. Serahkanj 1 jam kita pada Allah. Masa yang khusus untuk Kalam Allah. Kalau kurang ditambahkan.
8.      Pastikan membaca ayatnya dengan tajwid, juga hayati artinya
Carilah seseorang yang bisa membetulkan bacaan kita. Bacaan tidak bertajwid yang ‘terlanjur’ kita hafal akan sulit dirubah/diperbaiki dikemudian hari (setelah kita tahu hukum bacaan yang sebenarnya). Menghayati artinya seperti contoh kita akan sangat senang membaca bahkan berulang-ulang surat dari Ibu, atau si Dia, masa surat dari sang Pencipta tidak kita hiraukan? Bukankah suratNya adalah KalamNya?
Maka 8 perkara diatas adalah salah satu dari sekian banyak cara dan motivasi dalam menghafal Al-Qur’an, mungkin dapat menjadi solusi bagi siapa yang merasa tertekan, bosan, bahkan putus asa dalam menghafal. Tentunya akan kita rasakan manfaat dan keutamaan Al-Qur’an seperti janji Allah, bukankah janji Allah itu pasti?
Diantaranya janji-Nya bagi para pembaca atau penghafal Al-Qur’an adalah :
ü  Al-Qur’an sebagai pemberi syafaat di hari akhir
ü  Para pembaca dan penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan pahala yang besar, serta pernghormatan diantara manusia.
ü  Al-Qur’an menjadi pembela bagi pembacanya serta pelindung dari siksaan api neraka
ü  Para pembaca khususnya para penghafal Al-Qur’an yang kualitas dan kuantitas bacaannya lebih bagus akan bersama malaikat yang selalu melindunginya dan mengajak pada kebaikan. Dan masih banayak lagi.
Semoga semua usaha kita dalam mencintai Al-Qur’an, membaca dan menghafalnya menjadi salah satu jalan kita dalam memasuki pintu surge. Aamiin…


Soo, yess I MISS YOU TOO… And I want to want with you to jannah…….

13 Januari, 2018

Apa Kabar Ibadah kita Hari Ini?

Sabtu, Januari 13, 2018 0 Comments
APA KABAR IBADAH KITA HARI INI?


            Ibadah adalah hak Allah atas makhluk-Nya. Ibadah adalah maksud dan tujuan penjiptaan jin dan manusia, sebagaimana firman Allah SWT.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ


Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Barang siapa yang enggan beribadah kepada Allah, ia akan mendapat azab yang pedih:


إِنَّ الَّذينَ يَستَكبِرونَ عَن عِبادَتي سَيَدخُلونَ جَهَنَّمَ داخِرينَ....

“…Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir: 60).
           Detik demi detik berlalu, hari-hari terus berjalan. Mengurangi umur kita jengkal-demi jengkal, kebaikan dalam saat-saat ini sunguh sangat mahal sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang Tabi’I, Sai’d bin Abdul Aziz: “ tiada kebaikan dalam hidup ini melainkan diamnya orang yang sadar (ingat kepada Allah SWT) dan bicaranya orang yang berilmu.” Waktu dalam kehidupan seorang muslim adalah kesempatan untuk berbuat baik, membahagiakan dan meringankan beban sahabat-sahabatnya.
            Adapun senda gurau dan canda memiliki waktu, syarat dan batasan yang sewajarnya. Sebab Isalam tidak membutuhkan orang-orang yang hanya gemar bercanda dan bermain. Sebaliknya, Islam membutuhkan orang-orang serius dan sungguh-sungguh yang menggunakan waktunya untuk beramal shalih , berdzikir, bersedekah, membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu, berdakwah, berjihad, tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, dst.
            Orang yang hanya gemar bercanda, sendagurau dan tertawa riang, sejatinya telah menzalimi diri dan agamanya, karena orang yang mencintai sunnah Rasulullah SAW, hanya menyisakan sedikit waktu untuk hal-hal yang seperti itu. Seorang sahabat Nabi Saw, Salman Al-Farisi berkata, “Aku sangat herang dengan orang yang herang mengejar-ngejar dunia, padahal kematian terus mengincarnya, dan dengan orang yang melalaikan kemaitian padahal maut tak pernah lalai terhadapnya, dan dengan orang yang tertawa lebar sepenuh mulutnya padahal ia tidak tahu apakah Tuhannya ridha atau murka terhadapnya.”  (kitab Az-Zuhd, Imam Ahmad).
Ya Akhwat...
Ya Akhwatii….
            Mari kita intropeksi diri, renungkan sejenak, bagaimana ibadah shalat kita terutama jama’ah kita setiap harinya? Renungkan apa saja kebaikan yang sudah kita lakukan disetiap harinya? Apakah kita sudah menyiapkan bekal perjalanan menuju Akhirat?. Sampai kapan kita akan menyia-nyiakan hari ini seperti hari yang kemarin.
            Mari kita saling bermuhasabah diri, mengingatkan satu sama lain. Hidup di dunia ini hanyalah sementara, kita tidak tahu kapan ajal kita menjemput kita, apakah kita sudah siap?
            Ingatlah pesan ustadz kita, “ Jangan pernah terlena dengan kesementaraan waktu.” Maksud dari sementara disini adalah waktu yang sementara, masa muda yang sementara, kekayaan yang sementara, masa sehat yang sementara, kehidupan yang sementara, dan lain sebagainya. Maka kita tetap berusaha menjaga diri kita, istiqomah, konsisten berusaha terus menjadi manusia yang sempurna. Obatnya dalam masalah beramal sholeh adalah santapan rohaniah ditingkatkan, ketaatannya ditingkatkan, dengan cara berdzikir yang banyak ingat bahwa Allah memberikan segalanya sekarang kita sedang diuji, untuk itu konsisten dalam keadaan suka dan duka. (KH. Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, M.A).

            Untuk itu, mari kita menciptakan ozon keberkahaan dengan banyak-banyak melakukan amal kebaikan, serta meningkatkan ibadah kita setiap harinya. Bersyukur sebanyak-banyaknya atas nikmat yang Allah berikan kepada kita.