Follow Us @ilmamubarok

14 September, 2019

PENTINGNYA ADAB SEBELUM ILMU



Terlalu banyak menggeluti  ilmu, diin pun sampai lupa mempelajari adab. Lihat saja sebagian kita, sudah mapan ilmunya, banyak mempelajari tauhid, fiqh dan hadits, namun tingkah laku kita terhadap orang tua, kerabat, kakak kelas dan ssaudara muslim lainnya bahkan terhadap guru sendiri jauh dari yang dutuntunkan oleh para salaf.
Coba lihat saja kelakuan sebagian kita terhadap orang yang beda pemahamnnya, padahal masih dalam tataran ijtihadiyah. Yang terlihat adalah watak keras, tak mau mengalah, sampai menganggap pendapat hanya boleh satu saja tidak boleh berbilang. Ujung-ujungnya terjadinya salah pemahaman dan tidak kompak dalam menjalankan suatu kegiatan.
Padahal para ulama sudah mengingatkan untuk tidak meninggalkan mempelajari masalah adab dan akhlak.
Namun barangkali kita lupa?
Barangkali kita terlalu ingin cepat-cepat bisa kuasaiilmu yang lebih tinggi ?
Atau niatan dala belajar yang sudah berbeda, hanya untuk mendebat orang lain?
Ketahuilah bahwa ulama salaf sangat perhatian sekali pada masalah adab dan akhlak.
Mereka pun mengarahkan murid-uridnya empelajari adab sebelum menggeluti suatu bidang ilmu dan menemukan berbagai macam khilaf ulama. Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,
“pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu”
Kenapa sampai para ulama mendahulukan empelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata,
“dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu”
Guru penulis, Syaikh Sholeh Al ‘Ushoimi berkata, “Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab, maka ilmu akan disia-siakan.” Oleh karenanya, para ulama sangat perhatian sekali mempelajarinya.

Jernih sekali nasehat Imam As-Syafi’i kepada Imam Abu Abdish Shamad, gurunya anak-anak Khalifah Harun Al-Rasyid, “Ketahuilah, yang pertama kali harus kamu lakukan dalam mendidik anak-anak khalifah adalah memperbaiki dirimu sendiri. Karena, sejatinya paradigm mereka terikat oleh paradigm dirimu. Apa yang mereka pandang baik, adalah apa-apa yang kau lakukan. Dan, apa yang mereka pandang buruk, adalah apa-apa yang kau tinggalkan.”
Akan tetapi, kenyataan yang kita saksikan di tengah-tengah kita, “Talk more, do less (banyak bicara, sedikit amalan.” Apakah kata tersebut yang sudah menjadi kebiasaan diantara kita? Tentu saja tidak, maka kita harus merubah dengan bukti, bukan dengan perubahan dengan berkata saja akan tetapi harus dengan pembuktian yang benar.
Dikarenakan setiap diri kita memiliki pendapat dan pemikiran yang berbeda-beda, akan tetapi janganlah menjadikan pendapat dn pemikiran yang seharusnya bertujuan untuk membangun dapat menjadikannya perpecahan dan perpeselisihan. Dengan itu, diperlukannya adab dan akhlak dalam menyikapi setiap pendapat dan pemikirsn tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar