Mungkin sebagian dari kita pernah
beragumen seperti ini :
“males banget nolongin dia, dulu aja
dia gam au nolongin.”
“aku ikhlas ko ga berharap apa-apa.
Lakuin aja semuanya.”
“ Hm,, dia tuh masih saja ya pacaran.
mending aku yang udah hijrah.”
Niat adalah hal dasar, pondasi dan
“teman” yang mengiringi segala hal yang kita lakukan. Tidak hanya “teman” di
awal tapi juga di tengah dan di akhir bahkan setelah hal itu selesai kita
lakukan. Pada awalnya, niat kita mungkin ikhlas, di tengah jalan tiba-tiba setan
membisikan secara halus. “Tuh liat tuh orang-orang pada seneng sama
postingan kamu” dan bisa jadi kamupun terbawa dengan bisikan itu ”iya
ya, biar pada kagum orang-orang sama aku”. Astaghfirullahal Adziim… halus sekali ya
bisikannya, membuaikan dan memusnahkan.
Memusnahkan segala amal yang telah
dilakukan susah payah. Butuh banyak waktu dan effort melakukannya. Namun
semuanya NOL alias tanpa arti dimata Allah hanya karena mengejar pujian manusia
yang hanya diujung lidahnya. Artinya kita sudah riya, lalu kalah dan setan
tertawa. Agar tidak riya, selalu upayakan Tajdidun Niat alias perbaharui niat.
Niatkan ikhlas dalam segala hal yang kita lakukan. Ikhlas adalah berharap pada
Allah baik berupa ridho, apresiasi, balasan, ampunana, hadiah dan sebagainya.
Dengan begitu, yuk mulai sekarang
kita terus tata niat, seperti menata rumah begitu juga menata hati. Kadang
berdebu, kotor atau berantakan, maka ia perlu terus di bersihkan dan ditata
kembali. Semoga kita menjadi orang mukhlis, selalu belajar ikhlas berharap
minta kepada Allah. Dan jangan tanggung-tanggung jika meminta kepada Allah.
Karena Allah lah yang memiliki segala-Nya, Maha pengampun, penyayang dan
penguasa jagat raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar