Ini kisah mahasiswa akhir. Alhamdulillah ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu selama perkuliahan dan ini masa-masa dimana hati mulai gundah gelana. bingung, jalan mana yang akan ditempuh kedepannya? ambil profesi? atau S2? atau kerja aja? mondok lagi aja apa? hem aku tau. nikah aja kali ya? wkkwwk upss kayak si doi udah ada aja. okeh, sebentar... satu-satu ya, kita ceritain dari perjalanan yang lagi di alami sekarang aja dulu, jangan jauh-jauh dulu hehe yang terpenting nikmati dulu prosesnya okey
jangan diskip..
mahasiswa akhir identik dengan tugas akhir yaitu skripsi. hemmm namanya skirpsi pasti ada kendala ya, keliatannya mungkin orang lain tuh jalannya lurus-lurus aja tapi sebenernya kita sedang berada dibuku yang sama tapi dilembar yang berbeda, setiap orang punya cerita yang bisa diambil hikmahnya, hikmah dari proses itulah yang bisa membuat kita tumbuh
Aku nyebutnya bukan skripsi,
tapi skripsweet, eaa. Skripsi, apa ya. Skripsi itu tumpukan kertas yang
didalamnya terdapat ribuan kalimat yang tersusun rapi gitu. Bukan hanya sekedar
kertas biasa. tapi dari tumpukan kertas itu bisa menghadirkan berbagai perasaan
yang muncul didalamnya. Haduuh, gimana tuh haha. Bagi aku untuk pengerjaan
skripsi itu kita harus kejam sama diri kita sendiri. Jadi, pada saat pengerjaan
skripsi, sebenarnya kita sedang berjuang bagaimana kita bisa menaklukan diri
kita sendiri. Karena, ketika kita menghadapi skripsi itukan perasaan kita sedang
campur aduk, ada rasa bosan, capek, lapar, malas, bingung, dsb. Banyak aspek
yang memperngaruhi baik dari internal ataupun external.
Kita
memang perlu belajar dari gajah. Tiada gading yang tak retak. Gajah yang
menerima kenyataan bahwa satu-satunya peninggalannya engga sempurna: gading
retak. Kesediaan untuk menyadari dan menerima keterbatasan karya diri dan
bersikap realistis sebenarnya sangat penting dalam penyelesaian skripsi.
Tentunya kita berharap skripsi kita
karya terbaik kita.
tugas akhir yang selesai adalah jauh lebih baik daripada karya besar yang berhenti di tengah jalan. Gajah mati meninggalkan gading; harimau mati meninggalkan belang; kalau mahasiswa mati meninggalkan apa? Hutang emas dapat dibayar; hutang skripsi dibawa mati!
Oiya. Kita juga harus pintar-pintar dalam berburu waktu pembimbing, kadang kita bagaikan pungguk merindukan bulan eaaa. Setelah sekian lama tak kunjung bertemu, kita pun seperti anak ayam kehilangan induk. Tapi pas Begitu bertemu? Coretannya yang menari-nari di setiap halaman ada. kadang semangat kita menurun gitu, liat coretan yang seperti begitulah…, hidup segan, mati gak mau. aku beruntung banget punya pembimbing yang care. terus mengingatkan sudah sampai mana skripsinya? Pembimbing yang gampang banget klo ditemui, yang suka ngasih referensi banyak. Selesai dengan satu pembimbing, pembimbing lain memberikan saran yang bertentangan dan akhirnya seperti dua gajah bertarung, pelanduk mati di tengah-tengah. Ketika kendala menumpuk, kita malah meluangkan lebih banyak waktu untuk mengkhawatirkan daripada mengerjakan tugas. Ahhh, dengan segudang kendala yang ga bakal habis untuk dirinci itu, semoga kita engga menyerah untuk terus berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian!
kalo kata temenku begini "Sebenernya gk bisa si kalo di bilang susah dan gak bisa juga
kalo di bilang gampang. Skripsi itu butuh banget yang namanya perjuangan plus
pengorbanan, doanya juga harus pooooolllll banget dah. Apapun yang nyangkut
skripsi itu ada perjuangannya masing-masing ya, di proposal penelitian nih udah
jelas di lab mau ngapain aja, kalo di bayangin tuh kaya bakal mulus dan penuh
tawa. Tapi tak semudah itu fergusohhh, ada aja dah pokoknya hal-hal yang
memanggil jiwa berjuang dan melatih kesabaran. Dan disini kita individu, bukan
lagi tugas kelompok yang kadang ada aja oknum” numpang nama. Ini tanggung jawab
penuh atas diri kita sendiri"
Sulitnya skripsi siapa yang tahu. Memang banyak kendala sepanjang jalan; masing-masing kita memiliki tantangannya sendiri; masing-masing pun gak berhak “menilai” yang lain.
Salah
satu hikmah terpenting dalam mengerjakan tugas akhir adalah belajar
menyelesaikan sesuatu yang telah kita mulai. Proyek besar ini akan dapat kita
kelola dengan baik kalo kita bisa memecahnya dalam banyak bagian kecil yang dapat
dikelola (manageable). Kita juga engga harus selalu lancar dalam setiap tahap.
Selain itu, salah satu hal terpenting dalam memenangkan perang panjang ini
adalah mempertahankan momentum, dengan terus mengerjakannya. Kadang setelah
berhenti untuk beberapa lama, kembali memulai bab niat lagi. Dan ini bukanlah
hal yang gampang. Nah oleh karena itu, kita disarankan untuk tetap membuat
kemajuan gitu, sekecil apa pun itu, setiap minggu. Yang penting ada kemajuan,
plis jangan berhenti!
Dan 1 lagi, selain ikhtiar, kita juga perlu berendah hati untuk meminta kepada Dia yang menguasai segalanya. Dan ini perlu banget! Ketika sedang pusing dengan tugas akhir, kita langsung shalat, atau baca Al-Qur’an, dan jangan lupa berdo’a. kita curhat dah sama Allah. Semuanya kita serahkan sama Allah. QS Al-Baqarah: 45: “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Kita kadang “lupa” bahwa alam semesta ini milik-Nya dan Allah sangat senang saat kita meminta pada-Nya. Jika Dia berkehendak, apa pun terjadi. titik. Ah, sudahkah kita meminta pada-Nya dengan baik? Manusia berencana, Tuhan menentukan
pokoknya, aku bersyukur banget sama Allah masih diberi kesempatan umur buat bisa kuliah dan akhirnya merasakan menjadi mahasiswa akhir dan sebentar lagi mau dapet gelar baru, Alhamdulillahirrabbil'alamiin. tapi, gelar bukanlah sesuatu yang utama, yang terpenting adalah bagaimana kita mengaplikasikan ilmu kita yang udah didapat selama duduk di bangku pensisikan, bagaimana kita menjadi sosok yang bermanfaat dan berkah bagi ummat muslim sejagat raya. Aamiiin yarabbal'alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar