Islam mengajarkan pada
setiap umatnya untuk memiliki dua arah hubungan, yaitu hablun min Allah,
sebagai vertical antara hamba dengan Tuhannya, dan hablun min an-naas,
sebagai hubungan horizontal antara hamba dengan hamba lainnya. Dengan demikian,
tidak hanya mengajarkan akhlak mulia terhadap Tuhan, melainkan juga megajarkan
akhlak kepada saama manusia.
Pembahasan mengenai
akhlak dalam kehidupan manusia tidaklah asing dan begitu asing dan begitu
melekat dalam diri setiap insan. Akhlak merupakan suatu perilaku dalam jiwa
yang memunculkan tindakan-tindakan reflektif dalam jiwa seseorang. Apabila
perilaku tersebut menghasilkan kebaikan terpuji menurut pandangan akal dan
syara’, maka perilaku itu disebut akhlak terpuji (akhlak al-mahmudah)
dan apabila menghasilkan keburukan maka disebut akhlak tercela (akhlak al-madzmumah).
Banyak hal yang bisa
kita lakukan dan termasuk akhlak mahmudah seperti husnudzan, dzikrullah,
tawakkal, tadharru (merendahkan diri pada Allah), sabra, jujur, amanat, iffah
(memelihara kesucian diri) dan lain sebagainya. Namun tak sedikit pula hal yang
kita lakukan termasuk akhlak madzmumah seperti zina (entah zina mata, hati
ataupun perbuatan), takabbur (sombong), hasad (dengki), ghadab (marah), ghibah,
riya’ dan lainnya sebagainya. Hal seperti ini sering tidak kita sadari dan kita
anggap sebagai hal yang sudah biasa terjadi. Kata-kata “sudah biasa”
inilah yang dapat merusak cara pandang dan pemikiran sehat kita.
Dianta akibat akhlak
buruk adalah pertama, baik akhlak tercela maupun pelakunya dibenci Allah. Hal
ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits
yang dikeluarkan oleh Imam Ath Thabrani dalam Al-Ausath, Ibnu Asakir dengan
sanad yang shahih, yang dijelaskan keshahihannyaoleh Syaikh Al-Abani dalam
Shahih al-Jami’dan Silsilah Ahadits Ash Shahihah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalama bersabda yang artinya, “sesungguhnya Allah itu indah dan
mencintai keindahan dan mencintai ketinggian akhlak serta membenci keburukan
akhlak”
Kedua, diantara
kerugian akhlak tercela terhapusnya amalan-amalan yang telah kita kumpulkan. Amal yang telah bertumpuk-tumpuk
akan terhapus dan bukan Cuma itu bahkan berbuah dosa. Jika akhlak mulia dapat
mendapat pahala dan menggugurkan dosa maka akhlak tercela dapat mengurangi
bahkan mengapus pahala dan menghapus dosa. Sehingga di akhirat nanti pahalanya
abis dan dosanya bertambah besar. Apakah kita ingin hal tersebut terjadi pada
diri kita?
Betapa islam menjungjung
tinggi kualitas akhlak seorang muslim, bertahun-tahun kita telah menjalani kehidupan
dengan pembentukan akhlak dan karakter disini, lalu apa yang telah kita
dapatkan dan rasakan dari semua itu? Apakah kita merasa semua itu hanyalah
angina berlalu? Tentu tidak kan? Seorang mahasiswi Universitas Darussalam
Gontor berperndidikan dan berakal sehat tentu saja memiliki akhlak terpuji.
Jangan sampai akhlak dan moral baik yang telah kita miliki hilang hanya karena
hasutan setan yang menjerumuskan kita pada lembah penyesalan abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar