Follow Us @ilmamubarok

24 Agustus, 2019

Jangan Menyesal Karenanya



Islam mengajarkan pada setiap umatnya untuk memiliki dua arah hubungan, yaitu hablun min Allah, sebagai vertical antara hamba dengan Tuhannya, dan hablun min an-naas, sebagai hubungan horizontal antara hamba dengan hamba lainnya. Dengan demikian, tidak hanya mengajarkan akhlak mulia terhadap Tuhan, melainkan juga megajarkan akhlak kepada saama manusia.
Pembahasan mengenai akhlak dalam kehidupan manusia tidaklah asing dan begitu asing dan begitu melekat dalam diri setiap insan. Akhlak merupakan suatu perilaku dalam jiwa yang memunculkan tindakan-tindakan reflektif dalam jiwa seseorang. Apabila perilaku tersebut menghasilkan kebaikan terpuji menurut pandangan akal dan syara’, maka perilaku itu disebut akhlak terpuji (akhlak al-mahmudah) dan apabila menghasilkan keburukan maka disebut akhlak tercela (akhlak al-madzmumah).
Banyak hal yang bisa kita lakukan dan termasuk akhlak mahmudah seperti husnudzan, dzikrullah, tawakkal, tadharru (merendahkan diri pada Allah), sabra, jujur, amanat, iffah (memelihara kesucian diri) dan lain sebagainya. Namun tak sedikit pula hal yang kita lakukan termasuk akhlak madzmumah seperti zina (entah zina mata, hati ataupun perbuatan), takabbur (sombong), hasad (dengki), ghadab (marah), ghibah, riya’ dan lainnya sebagainya. Hal seperti ini sering tidak kita sadari dan kita anggap sebagai hal yang sudah biasa terjadi. Kata-kata “sudah biasa” inilah yang dapat merusak cara pandang dan pemikiran sehat kita.
Dianta akibat akhlak buruk adalah pertama, baik akhlak tercela maupun pelakunya dibenci Allah. Hal ini  sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ath Thabrani dalam Al-Ausath, Ibnu Asakir dengan sanad yang shahih, yang dijelaskan keshahihannyaoleh Syaikh Al-Abani dalam Shahih al-Jami’dan Silsilah Ahadits Ash Shahihah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalama bersabda yang artinya, “sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan dan mencintai ketinggian akhlak serta membenci keburukan akhlak”
Kedua, diantara kerugian akhlak tercela terhapusnya amalan-amalan yang telah kita kumpulkan. Amal yang telah bertumpuk-tumpuk akan terhapus dan bukan Cuma itu bahkan berbuah dosa. Jika akhlak mulia dapat mendapat pahala dan menggugurkan dosa maka akhlak tercela dapat mengurangi bahkan mengapus pahala dan menghapus dosa. Sehingga di akhirat nanti pahalanya abis dan dosanya bertambah besar. Apakah kita ingin hal tersebut terjadi pada diri kita?
Betapa islam menjungjung tinggi kualitas akhlak seorang muslim, bertahun-tahun kita telah menjalani kehidupan dengan pembentukan akhlak dan karakter disini, lalu apa yang telah kita dapatkan dan rasakan dari semua itu? Apakah kita merasa semua itu hanyalah angina berlalu? Tentu tidak kan? Seorang mahasiswi Universitas Darussalam Gontor berperndidikan dan berakal sehat tentu saja memiliki akhlak terpuji. Jangan sampai akhlak dan moral baik yang telah kita miliki hilang hanya karena hasutan setan yang menjerumuskan kita pada lembah penyesalan abadi.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar