Follow Us @ilmamubarok

08 Agustus, 2019

JADILAH SITI MASYITOH DIZAMANMU



Apakah kalian masih ingat dengan nama di atas? Tidak asing dalam pendengaran tentang nama Siti Masyitoh, seorang wanita mulia yang sangat teguh keimanannya dalam menghadapi cobaan yang sangat besar dari Fir’aun. Ia wanita yang mempertahankan imannya dan mengorbankan hidupnya serta keluarganya. Tidak terguncang oleh godaan dan ancaman manusia. Sebelum kita menkaji lebih dalam tentang hikmah yang terkandung dalam kisah Siti Masyitoh ini, maka mari kita simak cerita singkat berikut.
“Apa! Di dalam kerajaanku sendiri ada pengikut Musa?” teriak Fir’aun dengan amarah yang membara setelah mendengar cerita putrinya perihal keimanan Siti Masyitoh. Hal ini bermula ketika suatu hari Siti Masyitoh sedang menyisir rambut putri Fir’aun, tiba-tiba sisir itu terjatuh, seketika Siti Masyitoh mengucap Astaghfirullah. Sehingga terbongkarlah keimanan Siti Masyitoh yang selama ini di sembunyikannya. “Baru saja aku menerima laporan dari Hamman, menteriku, bahwa pengikut Musa terus bertambah setiap hari. Kini pelayanku sendiri ada yang memeluk agama yang dibawa Musa. Kurang ajar si Siti Masyitoh  itu,” umpat Fir’aun. ”Panggil Masyitoh kemari,” perintah Fir’aun pada pengawalnya. Masyitoh dating menghadap Fir’aun dengan tenang. Tidak ada secuilpun perasaan takut di hatinya. Ia yakin Allah yakin  senantiasa menyertinya. “Masyitoh, apakah benar telah memeluk agama  yang dibawa  Musa?”. Tanya Fir’aun pada Siti Masyitoh dengan amarah yan semakin meledak. “benar,” jawab Siti Masyitoh mantap. “kamu tahu akbiatya? Kamu sekeluarga saya akan bunuh,“ bentak Fir’aun, telunjuknya mengarah pada Siti Masyitoh. “Saya memutuskan untuk agama Allah,” maka saya telah siap pula menangung segala akibatnya, “Masyitoh, apa yang kamu sudah gila! Kamu tidak saying dengan nyawamu suamimu dan anak-anakmu?” ia memilih lebih baik mati daripada hidup dalam kemusyrikan.
Melihat sikap Siti Masyitoh yang tetap teguh memegang keimanannya, Fir’aun memrintahkan kepada para pengawalnya agar menghadapkan semua keluarga Siti Masyitoh kepadanya. “Siapkan belanga besar, isi dengan air dan masak hingga mendidih!” perintah Fir’aun lagi. Ketika semua keluarga Siti Masyitoh telah berkumpul, fir’aun memulai pengadilannya. “Masyitoh, kamu lihat belanga besar di depanmu itu. Kamu dan keluargamu akan aku rebus. Saya berikan kesempatan sekali lagi, tinggalkan agama yang dibawa Musa dan kembalilah untuk menyembahku. Kalaulah kamu tidak saying dengan nyawamu, paling tidak fikirkanlah keselamatan bayimu itu. Apakah kamu tidak kasihan padanya?” mendengar kalimat itu Siti Masyitoh sempat bimbang. Tidak ada yang dikhawatirkannya dengan dirinya, suami dan anak-anaknya yang lain, selain anak bungsunya yang masih bayi. Naluri keibuannya muncul. Ditatapnya bayi mungil dalam gendongannya. “yakinlah Masyitoh, Allah pastinya menyertaimu.” Sisi batinnya yang lain mengucap.
Ketika itu, terjadilah sesuatu keajaiban. Bayi yang masih menyusu itu berbicara kepada ibunya, “ibu, janganlah engkau bimbang. Yakinlah dengan janji Allah.” Melihat bayinya dapat berkata-kata dengan fasih, menjadi teguhlah iman Siti Masyitoh. Ia yakin hal ini merupakan tanda bahwa Allah tidak meninggalkannya. Allah pun membuktikan janjyi-Nya pada hamba-hamba-Nya yang memegang teguh (istiqamah) keimanannya. Ketika Siti Masyitoh dan keluarganya dilemparkan satu persatu pada belanga itu, Allah telah terlebih dahulu mencabut nyawa mereka, sehingga tidak merasakan panasnya air dalam belanga itu. Demikianlah kisah seorang wanita shalihah bernama Siti Masyitoh, yang tetap teguh memgang keimanannya walaupun dihadapkan pada bahaya yang akan merenggot nyawanya dan keluarganya.
Maka jelas akhwati… Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya selagi hamba itu tidak meninggalkan Agama Allah. Janji Allah yang diberikan akan selalu terpenuhi, hanya saja Allah memberi waktu yang berbeda akan selalu terpenuhi, hanya saja Allah memberi waktu yang berbeda untuk menguji keimannan hamba-Nya, bisa saja Allah menepati janji-Nya dimasa ia hidup atau sebaliknya dimasa ia mati. Maka kita sebagai seorang hamba hendaknya memegang teguh keimanan sampai akhir hayat.
Karena tidak lain dan tidak bukan, dunia ini adalah cobaan yang akan berakhir pada masanya, dan kita sebagai muslimah dan mu’minah harus cerdas dalam menyikapi hal-hal mencakup segala aspek, baik itu aspek duniawi maupun ukhrowi, jangan sampai kita terjerumus ke dalam aspek duniawi dan meninggalkan aspek lainnya. Janji Allah adalah benar dan ridho. Allah hanya bersama orang-orang yang berserah diri kepada-Nya, hal ini dikuatkan dengan ayat Al-Qur’an surat Lukman ayat 22:
Artinya: “dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allahlah kesudahan segala urusan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar